Sun. May 19th, 2024

Semut yang direkayasa dengan genetik karena kekurangan “indra penciuman” mereka tidak bisa berbicara, cari makan atau bersaing jadi ratu, karena antena dan circuit otak mereka tidak berhasil berkembang seutuhnya. Berikut penemuan sebuah riset yang dipublikasi online 10 Agustus di jurnal Cell.Situs Bola Online

“Kami temukan jika spesies semut bisa jadi mode pertama kali yang memungkinkannya analitis fungsional gen secara dalam yang atur hubungan sosial dalam warga yang kompleks,” kata penulis study Danny Sineine Reinberg, PhD, Terry dan Mel Karmazin di Departemen Biokimia dan Farmakologi Molekuler di NYU School of Medicine, dan Investigator untuk Howard Hughes Medical Institute.

“Walaupun sikap semut tidak langsung mencapai manusia, kami yakin jika tugas ini janjikan untuk lebih memajukan pengetahuan kita mengenai komunikasi sosial, dengan kekuatan untuk membuat perancangan riset masa datang berkenaan masalah seperti skizofrenia, stres atau autisme yang mengusik,” kata Penulis yang sama sesuai Claude Desplan, PhD, profesor di New York University’s Department of Biology.Bola Online Terpercaya

Hasil sekarang ini didasari pada bukti jika semut berbicara lewat feromon, keluarkan zat kimia yang memacu tanggapan. Berbau semacam itu dipakai untuk menebarkan sirene sebagai pendekatan predator, tinggalkan tapak jejak pada makanan, memperlihatkan status sosial (kasta), dan persiapan signal untuk dikawinkan, semua ada dalam warga kooperatif yang capai pekerjaan yang kompleks. Semut bisa terima signal seperti itu karena mereka mempunyai protein yang disebutkan reseptor odor pada antena mereka, dengan masing-masing protein untuk mengikat bahan kimia bau tertentu.

Situs agen bola terpercaya Hasil lainnya dari riset ini diteruskan dari bukti jika tiap sel neuron (neuron reseptor berbau) yang sanggup mengolah kehadiran feromon tertentu pada permukaan antena semut mengirim perpanjangan yang terkumpul dalam susunan otak serupa gumpalan yang disebutkan glomerulus. Info mengenai berbau itu diproses disitu. Riset sebelumnya memperlihatkan jika, pada serangga soliter seperti nyamuk, lalat buah, dan ngengat, jalinan di antara reseptor odorant dan glomeruli “terprogram,” yakni perubahan saraf mereka tidak bergantung pada kegiatan reseptor. Kebalikannya, mamalia nampaknya mempunyai sel reseptor berbau dengan perpanjangan yang sanggup meraba-raba pada glomeruli berdasar pada reseptor odorant yang mereka gesturkan.

Riset baru memperlihatkan jika semut Harpegnathos mungkin saja sudah berevolusi untuk mempunyai skema jaringan saraf berbasiskan kegiatan yang fleksibel, yang kemungkinan memungkinkannya repertoar reseptor penciuman yang diperlebar untuk mengetahui feromon. Elastisitas ini dibutuhkan untuk komunikasi berdasar kesensitifan pheromone dan kegiatan resultan neuron penciuman mereka, kata beberapa periset.